LAYANAN KEUANGAN PASKA BENCANA CIANJUR: QUICK ASSESMENT OLEH RISE INDONESIA

Pada November 21, 2022 telah terjadi gempa 5.6 SR di wilayah Kabupaten Cianjur. Laporan BNPB pada 25 November 2022 menyatakan bahwa korban meninggal mencapai 310 jiwa dan terdapat 59.043 unit rumah rusak. Dalam rangka merespon situari darurat bencana, RISE Indonesia telah melakukan survei (quick assessment) sejak 25 November 2022 dan masih berlangsung hingga saat ini. Survei ini dilakukan untuk memahami dampak situasi darurat bencana terhadap akses layanan keuangan, kebutuhan penyintas bencana akan layanan keuangan, dan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan ini.

Metode survei penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga kualitatif. Responden dalam survei ini adalah penyintas bencana di Cianjur yang saat survei dilaksanakan, sedang mengungsi di beberapa tempat pengungsian, seperti: pengungsian terpusat, pengungsian mandiri, dan juga terdapat responden yang mengungsi di sekitar rumah tempat tinggalnya. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, survei ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan berbagai stakeholder, seperti: Lembaga Pemerintah, Non-Pemerintah, Lembaga Keuangan, Lembaga Kemanusiaan, Koordinator Lapangan, dan juga Penyintas Bencana.

Lokasi survei dilakukan di beberapa desa pilihan yang berada di tiga kecamatan di Kabupaten Cianjur, yaitu:

  • Kecamatan Bojongpicung: Desa Cibarengkok dan Sukaratu
  • Kecamatan Cilaku: Desa Sirnagalih
  • Kecamatan Cugenang: Desa Mangunkerta, Padaluyu dan Sukajaya

Hasil pengamatan dari survei tersebut disimpulkan sebagai berikut :

  • Dampak gempa pada lembaga keuangan bank di Cianjur relatif minor; sedangkan dampak terbesar terjadi pada kantor-kantor yang berada persis di lokasi gempa, khususnya untuk lembaga non-bank (Koperasi).
  • Bencana telah berdampak pada penghasilan sebagian besar korban bencana.
  • Dampak bencana terbesar adalah pada rumah, sarana sanitasi keluarga, fasilitas umum sanitasi dan peribadatan.
  • Bantuan yang telah diterima oleh para penyintas bencana adalah makanan, pakaian dan fasilitas sanitasi, dan telah membantu akses secara baik.
  • Sebagian besar memiliki kebutuhan uang tunai untuk kebutuhan dasar, makanan, dan perbaikan rumah.
  • Bantuan transfer tunai dapat membantu menghidupkan pasar lokal
  • Layanan keuangan yang dibutuhkan saat ini adalah untuk tarik tunai, menerima uang (transfer), dan menerima bantuan. Preferensi delivery channel adalah agen bank, layanan mobil keliling (dan motoris keliling)

Beberapa rekomendasi yang diajukan oleh RISE Indonesia dari hasil tersebut adalah:

  • Dengan bervariasinya kebutuhan paska bencana serta besarnya tantangan logistik yang dihadapi, maka bantuan tunai perlu diprioritaskan.
  • Distribusi bantuan untuk masyarakat unbanked yang dilakukan melalui lembaga keuangan formal dapat menjadi momentum meningkatkan inklusi keuangan dengan pembukaan rekening.
  • Menghidupkan kembali pasar, dan merenovasi rumah patut menjadi prioritas program paska bencana
  • Agen bank, mobil (dan motoris) keliling perlu didorong untuk melayani kebutuhan masyarakat akan layanan keuangan
  • Kegiatan multi-stakeholder perlu digalang untuk percepatan rekonstruksi. Layanan keuangan perlu membuka akses dana/pembiayaan untuk merenovasi rumah.
  • Ada kebutuhan akan dana talangan untuk perbaikan rumah sebelum bantuan pemerintah turun.

 

Artikel di atas merupakan ringkasan dari kegiatan survey yang dilakukan oleh RISE Indonesia, jika Anda membutuhkan laporan lengkap dari kegiatan tersebut, silakan menghubungi kontak berikut:

 

One Pacific Place Level 11,Jl. Jendral Sudirman Kav. 52 – 53, SCBD
Jakarta – 12190
(+62)21 2985 9874
info@riseindonesia.org
Web: www.riseindonesia.org